KS Story
Petani
https://youtu.be/KxIHEnMLh3c?si=rut35hXN8kT0x1tP
https://youtube.com/shorts/3GSXEkMkfJk?si=E59TP6kf4oP2sFd2
Pejuang Mimpi Episode 4
๐Seni Mengatakan Tidak๐
23 Mei 2024 21:54 Diperbarui: 23 Mei 2024 22:02 874 2 4
Setelah "Seni Untuk Merasa Cukup", sekarang saatnya "Seni Mengatakan Tidak". Keduanya sama pentingnya dalam kehidupan kita.
"Tidak" seringkali menjadi kata yang sangat sulit diucapkan, namun satu kata ini begitu penting dikemukakan. Seringkali kita mengatakan "ya" "hooh hooh" atau "ya" dalam sekali anggukan kepala untuk merespons permintaan yang salah, hubungan yang buruk, atau pekerjaan yang menyita waktu. Padahal, kita sejatinya berharap dapat menolaknya.
Terkadang saya berpikir keras hanya tentang sebuah kata "tidak" ini. Ada semacam banyak pertanyaan yang tumbuh subur di dada, seperti; "Kenapa saya harus melihat banyak sekali orang-orang yang People Pleaser? People Pleaser yang saya maksud disini adalah tidak bisa menolak permintaan orang lain, karena merasa tidak enak untuk menolak permintaan orang tersebut. Kenapa saya harus melihat banyak sekali orang-orang yang tidak berani mengatakan "tidak"?. Apakah kita semua sudah tidak penting lagi untuk mengatakan "tidak" untuk segala sesuatu yang menyakiti diri kita?...untuk pekerjaan yang menyiksa diri kita..., untuk orang-orang yang menguras kreativitas dan ekspresi diri kita, dan untuk kepercayaan yang mengekang diri kita?".
Padahal ya teman-teman, kata "tidak" akan membuat kita menjadi lebih kuat, memberikan kebaikan untuk kita dan orang-orang sekitar, dan kita akan memiliki pemahaman yang lebih utuh tentang siapa diri kita sebenarnya.
Merujuk pada kisah-kisah yang saya baca, James Altucher dan Claudia Azula Altucher menunjukkan bahwa kita memiliki hak untuk mengatakan "tidak". "Tidak untuk hal ini. Atau Tidak untuk anda". Dengan kata ini, katanya kita tak hanya dapat menghemat waktu dan tenaga, namun juga dapat menyelamatkan hidup kita. Akhirnya, kita akan benar-benar merdeka untuk mengatakan "ya"---yang membuka pintu kesehatan, kesuksesan, dan kebahagiaan.
Jika kita berani mengikuti jejaknya, satu hal yang pasti dicatat adalah jika kita tidak membuat pilihan berani untuk diri sendiri, orang lain tidak akan memberikannya. Setiap kata "tidak" menciptakan ruang sempurna untuk kata "ya". Kebebasan kita mungkin lebih dekat dari yang kita pikirkan. Begitu yang dituliskan Kris Carr seorang penulis Crazy Sexy Kitchen, buku bestseller versi New York Times.
Saya merekomendasikan catatan penting ini pada semua orang, dikarenakan catatan ini memberi saya keberanian untuk menolak segala gangguan sehingga saya bisa fokus pada hal-hal penting dalam hidup. Berani berkata tidak itu bukan melawan, sayang... ! Bukan. Kita hidup selalu dari dua sisi bukan? Ada baik ada buruk, ada benar ada salah. Boleh setuju boleh tidak. Perihal "ya" atau "tidak", hanyalah perihal sikap dan perilaku. Kita mengangguk atau menggelengpun, itu tak apa. Itulah bahasa tubuh kita. Bahasa tubuh, juga mencerminkan sikap kita. Sedangkan sikap kita..., ucapan kita....., mencerminkan karakter kita. Karakter kita mencerminkan siapa, ___kita sebenarnya. Itulah diri kita sesungguhnya.
Merujuk pada kisah-kisah yang saya alami. Saya dari dulu adalah orang yang "people pleaser", tidak bisa menolak permintaan orang lain, karena saya merasa tidak enak untuk menolak permintaan teman-teman saya. Dulu, waktu masih SD dan SMP, tingkat people pleaser saya sangat tinggi. Saya dimintain uang atau jajanin teman pasti mau, karena yang minta itu memang orang tidak mampu. Mereka yang bisa dekat dengan saya itu, saya pastikan dia mengenal sekali karakter saya. Perihal makan, saya tidak akan makan sebelum memastikan yang disekitar saya, jika belum mengetahui kenapa mereka belum bisa makan atau belanja, apakah karena tidak punya uang jajan atau bagaimana. Mulai dari SMA sampai kuliah, tingkat people pleaser saya sudah mulai berkurang, saya kurang-kurangi walaupun masih hard to say no sih. Kalau saya lagi malas pergi, tetapi teman-teman saya mengajak main atau pergi, saya akan susah untuk bilang nggak. Rugi? Ya. Timbul perasaan nggak nyaman? Ya. Suka nyesel? Ya. People pleaser seperti saya ini baik itu dulu maupun sekarang memang akan disukai orang banyak, ya dimintai tolong apa ajaa dan disuruh apa-apa mau, teman mana yang nggak senang. Ya kan?
Namun, makin kesini makin berbeda ceritanya. Beda umur ya beda kondisi, beda pengalaman, dan beda lagi ceritanya. Oh ternyata people pleaser itu juga tidak tepat untuk semua kondisi. Di satu kondisi, buat apa kita selalu membuat orang lain senang tapi kitanya menderita? Paling enaknya, kalau kita bisa menyenangkan orang lain dengan cara yang juga nyaman buat kita dan kitanya akan ikut merasa senang, alias win-win solution. Percaya deh, jadi people pleaser itu nggak enak, sayang! Saya aja ingin sekali menghilangkan kebiasaan saya yang satu ini.
Apakah kamu juga ada yang merupakan seorang people pleaser?. People Pleaser ini erat sekali kaitannya dengan Seni Mengatakan Tidak. Pernahkah kamu, takut menerima penolakan? Saya pernah dulu, sering malah. Seseorang akan berpikir "Kalau saya tidak dapat menyenangkan orang lain, mereka akan meninggalkan saya dan tidak sayang sama saya lagi.", xixixi. Kadang saya ini, ada lucu-lucunya dulu yach. Pernahkah kamu, takut akan kegagalan? Pernah lah pasti. Seseorang akan berpikir "Apabila saya melakukan kesalahan, saya akan mengecewakan orang lain atau saya akan diberikan hukuman."
Nah, karena saya akan memiliki kecemasan setiap kali akan melakukan tugas, sehingga untuk menghilangkan kecemasan saya tersebut saya akan melakukan semaksimal mungkin untuk mengerjakan segala hal dengan benar, menyelesaikan pekerjaan saya, dan memastikan bahwa semua orang senang.
Ternyata, menjadi people pleaser itu tidak enak. Tidak tepat di semua kondisi. Terkadang pada satu masa kita perlu menjadi bodo amat. Menyelesaikan. Saya akan mengajak diri saya bahwa tidak masalah untuk mengatakan "tidak" pada beberapa kesempatan, khususnya pada saat menolak permintaan dari teman yang berlebihan atau tidak masuk akal. Seni Mengatakan Tidak, ini penting ya teman-teman. Meskipun tidak berkata "tidak", kata tidak juga dapat ditunjukkan melalui gerak tubuh kita..., seperti mengangkat bahu atau tertawa palsu. Atau sesumbar senyum, senyum palsu kadang lebih baik ketimbang melawan. Itulah sikap tubuh yang menunjang kata tidak tersebut. Saya akan tetap berusaha menjaga kontak mata dan menggunakan intonasi suara yang netral ketika menolak permintaan seseorang.
Pun, sekali saja mengatakan tidak juga belum tentu dapat menghentikan teman-teman untuk meminta sesuatu dari saya yang tidak sesuai dengan hati nurani saya. Namun akhirnya, saya dapat mengatakan tidak beberapa kali dan dengan cara yang berbeda-beda untuk beberapa kondisi. Saya akan menunjukkan rasa percaya diri dan menunjukkan bahwa saya tegas dengan keputusan saya. Saya belum pernah merasa bingung antara menolak permintaan dengan menolak orang yang meminta. Karena saya tahu persis, bahwa perbedaan opini dan mengatakan tidak adalah bagian dari pertemanan, bukan akhir dari pertemanan. "Saying yes to happiness means learning to say no to things and people that stress you out." okay.
Ga salah juga kan? Saya memutuskan untuk menarik diri dari circle pertemanan yang enggak "sehat" itu. Saling membicarakan satu sama lain. Di depan baik, di belakang jadi vocal perihal menjelekkan. Sudah cukup energi dan emosi terkuras hanya untuk mengurusi hal-hal yang tidak berfaedah seperti itu. Apakah itu salah? Saya juga memutuskan memblokir orang-orang yang selalu mematahkan semangat. Orang-orang yang selalu bikin down, orang-orang yang sekalinya bicara bikin sakit hati. Mau dianggap tak tau diri, sombong, atau apapun itu saya nggak peduli. Maaf. Saya lebih menyayangi diri dan mental saya sendiri. Tak apa memiliki sedikit teman, yang penting mereka semua baik. Daripada memiliki banyak teman, tapi isinya orang-orang toxic semua.
Sekarang hidup lebih tenang, relax tanpa harus mendengar omongan yang nggak jelas. Terlebih yang isinya cuma bikin mood jadi berantakan. Meng-cut off orang-orang seperti itu gak ada salah nya. Dan emang nggak salah, karna yang bisa menolong kita ya cuma diri sendiri. Orang lain mana perduli.
Benar. Punya banyak teman dan kenalan memang menyenangkan. Membantu mereka merupakan salah satu hal baik yang bisa kita lakukan pada mereka. Namun ingat, jangan sampai kita merepotkan diri sendiri dengan tujuan menyenangkan teman, kerabat, dan rekan kerja kita. Berhentilah berusaha menyenangkan semua orang dan fokuslah pada pengembangan diri sendiri. Untuk itu, sah-sah saja bila kita mengatakan tidak terhadap banyaknya permintaan yang tidak masuk akal yang diberikan rekan-rekan kita.
Awalnya memang sulit, tapi bukan berarti hal ini mustahil dilakukan.
Manusia berkualitas diuji oleh masalah yang dihadapinya dalam hidup. Tahap-tahap yang dilalui saat menghadapi masalah akan membentuk pola pikir dan pola tindakan. Kemampuan menghadapi dan memanajemen masalah memang sangat ditentukan oleh pikiran, perasaan, dan perilaku individual.
Pikiran, perasaan, dan tindakan yang sehat bukanlah sebuah kondisi bawaan manusia. Pengalaman menghadapi masalah bisa jadi sebuah bahan pembelajaran untuk mengkonstruksi diri dan mental yang sehat.
Tetapi itu tidak cukup. Manusia perlu lebih mendalam memasuki ranah spiritual yang menyajikan suasana damai.
Tidak mudah tentu saja. Namun siapa saja yang tekun melatih diri seperti ini, suatu hari akan berjumpa wajah-wajah jiwa yang semakin tenang dan tentram.
Bagi jiwa yang sudah melewati fase-fase ini sering dibagikan pesan seperti ini. "Bertumbuh itu menyakitkan. Berubah itu juga menyakitkan. Namun tanpa pertumbuhan dan perubahan, maka jiwa akan mirip dengan kayu bakar yang kering. Di satu sisi ia tidak menghasilkan dedaunan yang menyejukkan lingkungan, di lain sisi ia juga gagal memberikan persembahan pada kehidupan berupa bunga yang indah. Oleh karena itu, sesakit dan sesulit apa pun, mari alokasikan sekurang-sekurangnya sehari dalam seminggu untuk mengatakan "ya" atau "tidak" pada kehidupan. Ia bisa menjadi akar-akar kokoh bagi pertumbuhan jiwa kemudian. Ringkasnya, berhenti menyalahkan orang, berhenti menyalahkan diri sendiri. Pada saat yang sama, belajar mengatakan "ya" pada hal baik apa saja dan berani mengatakan "tidak" pada hal-hal yang kurang baik apa saja. Jangan lihat siapa yang menyampaikannya, tapi lihat objek apa yang hendak diambil hikmahnya."
Ini terapi murah meriah, sekaligus bisa membuat jiwa jadi indah.
#KSStory #KSGarden #KSMotivasi
#Reels #fbpro #fyp #vod
BERI KOMENTAR
KS Story 29 Mei 2024 08:26
Terimakasih ๐
0 Balas Hapus Laporkan
Kelana Swandani 24 Mei 2024 09:12
Inspiratif ๐
0 Balas Hapus Laporkan
KS Story 29 Mei 2024 08:26
Tengkyu
Balas Hapus Laporkan
Buyung Nurman 24 Mei 2024 07:13
Mantap banget
0 Balas Hapus Laporkan
Komentar
Posting Komentar