Langsung ke konten utama

Pejuang Mimpi Episode 22 ๐Ÿ’• Cobain Segala Hal ๐Ÿ’•


 https://youtu.be/9LhUgQFt-Qk?si=dyhXqdfq0qdxGlqK

https://youtube.com/shorts/MSFGm3YbW4M?si=-5kMFWr0qL-qw8iP

Pejuang Mimpi Episode 22

๐Ÿ’• Cobain Segala Hal๐Ÿ’•


Saat masih berusia 25 tahun..., saya mencoba membuat suatu usaha kecil sambil bekerja sebagai staf perbankan di sebuah Bank Swasta. Saya menjual aksesoris lucu-lucu dari teman ke teman ketika itu, seperti gelang..., kalung, cincin, bros, pita, dan bandana. Murah meriah mencret. Benda-benda itu saya beli dalam jumlah yang enggak terlalu banyak, dan hanya saya dapatkan jika saya bepergian keluar kota. Tapi itu, tak lama saya tekuni. Kemudian saya resign dan pindah tempat tinggal karena mau ikut suami. Itu artinya, saya tidak bekerja laageee. Fokus berbakti๐Ÿ˜Œ.


Saya cobain segala hal. Saat belum punya anak, saya mencoba kursus menjahit yang teman-teman didalamnya adalah anak-putus sekolah. Orang-orang disitu bingung melihat saya..., weee....., ngapain lah kakak ini mau kursus-kursus.  Kata mereka. Dan pas ditanyain sama ibu yang ngajar disana, saya menjawab menggeleng karena tanyanya yang agak mencengangkan itu begini; "kamu...., beneran mau jadi tukang jahit.....?". Tentu saya menggeleng, secara awak tak pernah cita-cita mau jadi tukang jahit. Saya selow aja menjawab ; "cita-cita sih ga ada mau jadi tukang jahit..., cuma mau pandai aja jahit, buat jaga-jaga๐Ÿคฃ, alih-alih sambil ngisi kekosongan". Ibu itu tersenyum sambil pegang roll. "Yakan ga apa-apa...., dari pada bengong dirumah sendiri, mending cobain segala hal, ya kan?". 


Semua tampak berjalan dengan bagus pada bulan pertama, kedua dan ketiga. Namun saat menginjak bulan ke enam saya tidak bisa ikut lagi karena hamil anak pertama. Dan akhirnya saya terpaksa keluar. Padahal ya, saya sudah mempersiapkan butiq kecil yang saya sewa dari hasil insentif suami. Tepatnya pas di depan rumah kontrakan kami. Saya juga mempersiapkan segala sesuatunya dengan matang dan rinci. Kemudian setelah segala sesuatunya siap, usaha tersebut diluncurkan. Eh. Bulan ke-delapan usaha tersebut menghadapi permasalahan yang berat, yaah semacam saya tidak kuat fisik mengurus usaha itu lagi. Hingga akhirnya pada bulan ke-sembilan usaha tersebut tidak bisa dipertahankan lagi. Usaha itu terpaksa saya tutup. Suami bilang waktu itu ; "Yang tidak ditakdirkan untukmu..., akan menemukan cara untuk hilang๐Ÿ˜". Begitu rupanya cara seorang suami menguatkan hati wanitanya๐Ÿคฃ.


Saya ketika itu mau brojol, dan diungsikan suami ke kampung halaman. Mungkin karena saya banyak keluh kesahnya ke dia barangkali ya. Saya terpaksa pulang. Bukan dipulangkan. Jangan salah pulak, kan netizen. Beruntung, bulan ke lima usia putri pertama kami, suami pun dipindahkan ke kampung halaman. Paslah. Bisa suami sambil bekerja sebagai staf perbankan, ia membuka usaha dibidang yang berbahan baku perkayuan. Kebetulan, dia tu tipe-tipe cobain segala hal juga, senang coba-coba buka usaha. Sama kayak saya. Saya juga tak mau berpangku tangan tu. Asal ada waktu menung dikit..., pasti mau cobain segala hal juga. Dengan begitu, tidak ada waktu yang terbuang percuma. Sehingga, hari-hari tak terasa berlalu, tiba-tiba anak udah dua aja๐Ÿ‘ซ.


Saya fokus dengan mimpi-mimpi saya, sehingga saya jarang sekali untuk kongkow-kongkow bareng teman, kecuali keluarga. Saya selalu menemukan ide dan inspirasi, dalam setiap perjalanan hidup saya. Suatu hari, saya ke pasar membeli sesuatu. Anak butuh Pampers, susu, tisu basah, shampoo, minyak kayu putih caplang, dan sebagainya. Kok saya merasakan hal yang sulit dalam cara berbelanja dikampung. Mau itu, ditanyain dulu. Klo ada, dicariin dulu. Banyak ga ada nya dari pada adanya. Kok ya repooot๐Ÿ˜‚. Sampe rumah, pas malam hari tiba, seperti biasa saya berkeluh kesah kepada si dia...๐Ÿ˜. "Kamu tau ga?, tadi kan aku ke pasar. Repoot, pot...pot. Pening kepala serba ga ada. Cari ini itu, pake ngantri segala. Ga dilayani malah. Mana dicuekin lama. Mbok ya kamu bikinin aku toko serba ada kek, atau akan lebih bagus ada swalayan perdana di kampung kita, __tapi itu milik kita. "What?", katanya sambil cegukan abis minum kopi xixixi.  "Kamu tu minta beli ini itu emang ga ada sama suami, eh sekalinya mintanya langsung gubraaak, bikin geger๐Ÿ˜†!", katanya.


Saya ngomongin gitutu sambil ketawa aja. Begitulah yang menurut saya itu obrolan ringan, tentu barangkali berat bagi dia. Ha-ha. Untungnya, dia juga sefrekuensi, boooss.

"Cobain Segala Hal". Itu adalah cara berpikir kita. Berawal dari obrolan minum kopi, jatuh ke aksi.  Maka, berpikirlah keraslah kami waktu itu berdua menjelang tidur. Suami bertanya; "betewe on the busway, caranya gimana...?". Saya keceplosan ; "Langkah pertama; kamu bangun rumah toko dulu dua pintu di simpang tiga depan rumah kita lama. Meskipun cuma satu lantai aja". Langkah kedua; "Dengan basic ilmu yang kamu punya itu, kamu buat RAB seminim mungkin". Langkah ketiga; "Terserahlah bagaimana caranya, ya kamu bantu aku doong, aku yang mikir, tapi kamu yang action,๐Ÿ˜‚!". "TOS dulu!," saya menautkan jari kelingking saya ke jari kelingking miliknya dan bilang ini padanya... ; "Yang tidak ditakdirkan untukmu..., akan menemukan cara untuk hilang. Yang ditakdirkan untukmu, akan menemukan jalannya untuk pulang. Yang buruk..., sengaja Tuhan lepaskan. Agar yang baik..., mempunyai kesempatan untuk datang๐Ÿ™‚๐Ÿ‘ฉ‍❤️‍๐Ÿ’‹‍๐Ÿ‘จ"


Cerita sedikit;

Tentang kami membangun usaha dari nol besar, berdua. Dia membangun rumah toko itu sepotong demi sepotong. Bukan yang warisan bangunan udah jadi gitu dari orang tua saya. Bukan. Dia dan saya berjuang mati-matian untuk semua mimpi-mimpi saya. Ya, mimpi kami berdualah. Tentu itu bukan perkara mudah untuk dilalui. Diawal kelahiran anak kami yang pertama, dia keukeh untuk membuat usaha sambil bekerja kantoran. Meskipun sulit menjalaninya. Tapi dia tetap saja ingin memutar otaknya untuk bagaimana memindahkan sebahagian dari hasil keuntungan usaha kayunya itu, demi merangkai mimpi-mimpi saya. Yang banyak ide dan mimpi itu saya sebenarnya hahaha, dia yang eksekusinya. Bisa dibilang, saya tanpa action dia, tak ada apa-apanya dalam dunia usaha ini. Dia banyak menahan diri. Saya juga banyak menahan selera, tapi kami soal makan enggak. Maksudnya saya, saya enggak ga yang konsumtif gitu kayak orang-orang, enggak yang maksain beli-beli benda yang tidak sesuai dengan keadaan kebutuhan. Kalo memang ga butuh banget, ya saya ga beli. Namanya juga lagi membangun. Sampai pada akhirnya, bangunan itu selesai meski hanya baru bisa satu lantai saja.


Bangunan selesai, modal isinya pulak yang ga ada. Ya mikir berat lagi kan? Hehehe. Saya sebelum tidur, tunjuk tangan. Saya punya ide; "Bagaimana...? Jika satu-satu, mantan nasabah saya, dan nasabah kamu yang supplier gitu, saya hubungi hingga ke sales-salesnya?". "Cucok", katanya. Sebagai Arsiparis yang baik, saya mengambil notebook kecil yang ada koleksi kartu namanya. Zaman dulu kan, zaman kartu-kartuan. Saya ingat sekali. Cuma modal hape senter doang, saya waktu itu. Karena kan, modal kami dah abis buat membangun. Insentif suami bisa saya alihkan untuk pemesanan rak, sekaligus mesin kasir. Itupun dengan cara rak lunas, mesin kasir bayar tunda๐Ÿคฃ.


Dua hari setelah itu, pusing pun mendera. Bagaimana lah cara mengisinya, modal wes entek. Wkwkka. Sales yang ditelpon-telpon tak kunjung datang meski sudah diberi alamat yang jelas. Sedangkan rak dan mesin kasir pekan datang akan tiba. Nah, pusing kan?  Ada agak lucu-lucu bagaimana...., malam hari sebelum tidur saya selalu punya ide pada saat pusing. Dengan segala niat dan tekad yang bulat, ide saya untuk esok pagi hanya perlu bergerak keluar rumah. Iya..., keluar rumah. Maka dengan sengaja lah saya ke pasar besoknya lihat-lihat mobil kampas setiap satu jam sekali. Itupun hanya untuk say hello doang memanggil sopir mobil kampas setiap parkir di pasar. 


Begini je saya dulu; Saya jarang pake bahasa kampung, apalagi dengan orang-orang baru nampak. Selalu pake bahasa Indonesia Nusantara ala-ala KS. "Bang..., apa aja niyy isi mobil lu๐Ÿ˜…?". "Boleh....?, gua jumpa salesnya!". Sebelum dia jawab, langsung saya sambung, "ya bolehlah ya..., masa ga boleh...?๐Ÿ˜†". Begitu ketemu salesnya, eh ternyata..., sudah pernah kenal pulak dulu kita nya. Dulu kan, sales-sales suka sering setor dana di bank tempat saya bekerja. Banyak yang kenal sih ya, jadi omong punya omong...., bernegosiasilah saya dengan si sales itu. Jiwa sales ketemu jiwa sales lah namanya kan..., pastinya ngobrol tu enak ajah. 


Saya selalu menggunakan kata "Kita" dan kata "Semoga" serta "Alangkah" diawal percakapan negosiasi. Contoh; "Bro, bersyukur yah..., kita dipertemukan kembali oleh Tuhan di waktu yang berbeda. Meski elu masih sales, dan gue sudah ganti profesi.  Semoga kita bisa bekerjasama ya, dalam bentuk apapun. To the point aja, gue mau lu isi toko gue.  Bilang ke bos lu, kalo gue tu teman lu yang amanah. Bilang juga, kita sudah kenal dari zaman gue masih muda belia hingga sekarang gue dah punya anak, dan udah punya toko sendiri. Hikss. Tapi meskipun udah ada tokonya, ya gitu deh..., __masih yang kosong melompong alias modal gue endak ada. Gue terus terang aja sekarang, buka kulit tampak isi. Dan gue yakin lu kayaknya bisa bantu niat gue, itung-itung gue juga bisa bantu penjualan lu biar meningkat tajam. Jika toko gue laris manis, kan elu dapat bonuuus, karena penjualan lu meningkat kat...kat kat๐Ÿ˜. Ya kan? Semacam take and give lah kita tuh namanya. Ya ga broh? Hmm, gue kemaren sudah pesan rak, mungkin pekan depan udah kelar. Nah, yang jadi persoalan gue, gue mau jualan apa...๐Ÿคฃ? Alangkah indahnya hidup gue jika lu bisa titipkan barang lu ke gue, dan lu bisa sebarkan ini pada teman-teman sales yang lain. Agar penjualan mereka meningkat, dan toko gue jadi penuh๐Ÿ˜‰. Bilang sama mereka..., gue tu orang yang bisa dipercaya, amanah, jujur dan tidak sombong. Kocak lagi. Gimana?". 


Dia menjawab pula dengan tidak kalah panjangnya sambil senyum-senyum melihat saya; "Buat lu apa sih yang enggak, kak! Bisa...bisa...bisa..., bisa banget kakaak. Itung-itung gue bantu teman lama juga kan, lu bisa bayar 14 hari kemudian dari tanggal pengambilan barang. Sama persis dengan kedai-kedai yang lainnya. Itung-itung karena kita sudah lama kenal, ga perlu lah menunggu waktu lama untuk bisa langsung bon barang. Kalo sama yang belum kenal, emang harus cash dulu selama tiga bulan kakaak". Katanya.


Yes...! Saya pun tersenyum padanya, sambil berganti ke salah satu pundaknya. "Tq brohku!". "Izin...., pamit ya! Anak mungkin sudah menangis dirumah, jangan lupa lu promosikan gue ke temen kita sales yang lain, okey...?. Okeh Bray...!, jawabnya. Suasana berubah menjadi riang gembira. Seketika saya menyanyi-nyanyi sambil mengendarai sepeda motor saat jalan pulang. Tapi saya lupa ya teman-teman, lagunya apa ketika itu๐Ÿ˜†. 


Itu kisah saya  18 tahun lalu. Tentang cobain segala hal! Saat orang lain fokus ingin bersenang-senang alias berleha-leha, saya fokus bekerja keras demi mimpi-mimpi saya. Saya melakukan apa yang tidak orang lain lakukan seumuran saya. Jadinya ya, saya enggak yang sosialita gitu. Ikut arisan di kantor suami aja, saya males pergi lho. Ga sefrekuensi. Caaapeeeek gitu lho! Bukan yang enggak mau bergaul ya teman-teman..., terus terang saya tu tidak tertarik dengan pembicaraan-pembicaraan yang omong kosong semata. Apalagi pembicaraan yang diawali dengan kata eh. Semisal, "Eh, tau ga? Sianu itu sudah pecah kongsi lho...., ewww!". Sianu....sianu...sianu. Saya ga fokus dengan hidup sianu๐Ÿฅด. Apalagi sianu-sianu yang enggak mutu. Ga akan ada aja saya engeh tu.


Karena gini ya teman-teman. Hari-hari saya sudah abis untuk hal-hal yang bermanfaat. Hidup terasa menyenangkan, bila saya bisa membuat orang lain hidup juga karena ide-ide saya. Saya fokus agar memiliki pasif income. Saya fokus bantu suami mikir, bagaimana supaya usaha suami berjalan lancar. Saya fokus muter otak agar bagaimana usaha kita berkembang. Itu. Itulah yang saya lakukan selama bertahun-tahun. Bukan dengan mudah saya menjalani ini semua. Tentu pernah tertatih, terpuruk dan sebagainya. Masa sulit dan masa jaya, selalu datang silih berganti. Yang satu naik, satu terjun bebas. Dalam dunia bisnis itu hal yang biasa.


Saat usaha bisnis kayu jaya, saya cepat pindahin ke swalayan. Begitu bisnis itu padam, kan masih ada swalayan yang pasif income. Saat itupun mulai beralih ke usaha kontruksi yang sudah sejak lama suami idam-idamkan. Saat swalayan ga keurus karena saya berkarir jadi pegawe. Kan masih ada usaha suami yang bantu saya menukar usaha swalayan ke caferesto. Gitu je terus muter-muter. Alhamdulillah semua berjalan lancar pada empat hingga lima tahun pertama. Selalu ada masanya. Kayak pilkada aja hahaha. Saya ingin bekerja atau memiliki usaha tu, karena prinsip saya adalah "memberi", bukan untuk mengambil apalagi "menginjak". Lebih kepada kepentingan umat manusia.  


Begitu juga suami, prinsipnya juga sama. Hanya dikarenakan suasana di kantornya yang sudah tak lagi kondusif waktu tu, dia berkeluh kesah kepada saya bahwa disana tak lagi memberikan ketenangan hidup baginya. Yowes. Kan sudah ada, usaha yang harus dia urus, itu perlu perhatian khusus. Oh perkara dia lebih memilih keluar dari pekerjaan tetapnya, itu juga atas dasar kemauan saya. Justruada yang ribuut-ribuut dengan keputusan-keputusan kami yang tidak populer itu. Udah gede kok masih suka ngurusin keputusan hidup orang, lucu memang๐Ÿคฃ. 


Tak peduli apapun komentar yang terjadi diluar sana. Saya dan dia tetap aja, cobain segala hal. Begitulah saya. Saya berhenti untuk takut diomongin orang lain. "Ingat, ya KS! Hidup kamu, kamu yang ngatur.  Jangan sampai hidup kamu mereka yang atur" . Saya mengambil suatu pandangan tentang penciptaan karakter dari buku Stephen R Covey, "Taburlah gagasan, petiklah perbuatan, taburlah perbuatan, petiklah kebiasaan, taburlah kebiasaan, petiklah karakter, petiklah nasib". Cobain segala hal. Dan tentang takdir, takdir adalah bagian dari petualangan hidup kita. 


Saya akan memberi contoh yang lain yang juga nyata terjadi. Beberapa usaha saya berkembang pada masanya, beberapanya nyungsep. Sisanya terjun bebas pada waktunya๐Ÿ™ƒ. Pada masa-masa itu, saya hanya perlu ingat satu hal; "Jatuh itu hal yang biasa. Bukanlah masalah besar. Yang menjadi penting bukanlah sedalam apa kamu terjatuh atau berapa kali kamu mengalaminya. Namun, yang terpenting adalah berapa banyak waktu yang telah kamu buang untuk berbaring di tempatmu terjatuh". Segera praktekkan, KS!

Kisah nyata yang saya alami ini, sekiranya bisa menjelaskan bahwa sebuah keterangan, sepotong kalimat atau sebuah kejadian, mampu merubah paradigma berpikir saya.


Saya akan memberikan contoh lagi yang juga nyata. Ini bukan sebuah kisah fiksi melodrama dalam layar lebar. Suatu malam yang dingin...,  usaha sawmill yang dikelola suami terbakar, persis yang di depan rumah nenek dimana itu tempat kami pernah tinggal. Tiba-tiba tengah malam saya terbangun karena kebelet. Begitu keluar kamar mandi saya melihat ke kaca kamar yang tembus ke gudang saya. Saya melihat ada kobar api disana. Lima menit kemudian, terdengar hape saya berbunyi tepat jam 1 pagi. "Kak...kak...kebakaran..., kebakaran...!". Seketika saya hampir, hendak tumbang. Putri kecil sayapun terbangun menangis ketakutan. Suami segera keluar menuju kesana. Saya dan putri saya, hanya terdiam di teras kamar. Kami menangis menyaksikannya dari atas. Kami berdua berpelukan. Sejak saat itu, saya dan putri saya selalu tidur lambat. Suka terbangun.


Saat saya sedang berada di dalam sebuah rapat. Tiba-tiba telpon genggam berdering, salah seorang karyawan menghubungi saya. Hari itu Kamis, November 2017. Pukul 11 siang. "Kak...kak, hape terputus". Seperti dalam kisah pahit sebelumnya, ada satu episode yang tertulis jelas dengan kisah ini. Nanti atau kapan-kapan akan saya tayang ulang. 


Saat saya memiliki caferesto, saya sedang tidur siang bersama putra saya dikamar. Waktu itu hari Sabtu, libur. Saya ingat betul, saya memberikan sebotol susu, untuk putra saya sebelum tidur. Hingga rasanya kami pun tertidur. Entah bagaimana ceritanya, saya mendengarkan teriakan yang begitu kencang sekali dari karyawan dilantai satu. "Enjii........!". Saya terbangun, dan mendapati putra saya ternyata lari dari kamar. Ya Allah, dia tidak benar-benar lelap. Saya lah yang benar-benar terlelap. Saya berkejaran ke bawah menuju KS caferesto. "Enji dibawa kerumah sakit....., kak!", kata salah seorang karyawan yang menangis. "Iya kenaaapa....?". Nada suara saya meninggi, tinggii sekaali. "Bagaimana mungkin ini bisa terjadi, kalian sebanyak ini, disini. Apa kalian tak bisa melihat..., anak saya pergi menyeberang jalan di depan sini? Kalian sibuk dengan pekerjaan kalian sendiri-sendiri, grhrhgh๐Ÿ˜ก". Saya langsung diantar ke rumah sakit. Apa hendak dikata, anak saya ditabrak anak muda yang ugal-ugalan lewat depan rumah cafe. Anak saya patah tulang karenanya๐Ÿ˜ญ. Alhamdulillah sekarang, kakinya sudah membaik. Dan sudah bisa main bola lagi.


Setahun kemudian, saat saya baru saja pulang kantor. Saya mendapati putra saya Ji menangis karena kehilangan sepeda motornya yang dilarikan karyawan bersama pacarnya. Padahal ya, kendaraan itu untuk antar jemput Ji sekolah. Tersadar, sayapun esok paginya kehilangan beberapa sepatu kesayangan saya dari dalam lemari. Ketika itu, saya lebih senang memilih karyawan yang usianya lebih muda atau maksimal seusia dengan saya. Jadi, permasalahan yang saya hadapi saat itu adalah komitmen, integritas, semangat, kreatifitas dan konsistensi dari para karyawan saya. Hal ini menyulitkan bagi saya. Bahaya terbesar yang dihadapi pada zaman sekarang bukanlah ledakan bom atom, tetapi adalah krisis moral atau buta hati dimana-mana. 


Setahun kemudian, covid melanda. Apa hendak dikata. Mau marah? Marah sama siapa, saya? Semua terjadi begitu saja. Semuanya..., __sudah terjadi. Akhirnya bisnis kuliner pun terseok-seok dan saya tutup saja lagi. Lalu tentang apa-apa yang saya tutup itu, dibilang lagi gini, __Hh.., KS sedang jatuh sekarang. Sinis aja jadi penonton, sudahlah usaha ga pernah punya, komentar pulak yang banyak๐Ÿ˜. Cobain dong segala hal! Baru komentar. Agar apa? Agar kita mampu memaknai usaha kita dan pekerjaan kita sebagai ibadah, demi kepentingan umat. Agar kita berpikir secara integralistik dengan memahami kondisi perusahaan secara keseluruhan, situasi ekonomi, dan masalah kepemimpinan dalam satu kesatuan yang integral. 


Saya berprinsip dari dalam, bukan dari luar. Saya tidak terpengaruh oleh lingkungan. Saya adalah raja atas jiwa saya sendiri yang bebas merdeka. Saya mencoba mengungkap belenggu-belenggu hati dan mencoba mengidentifikasi belenggu tersebut. 


Dulu banyak yang bilang "ntah iyo ntah indak", melihat saya membuat usaha tani yang sekarang, takut ga bisa. Tentu banyak yang menyangka bahwa saya tidak akan bisa. Tapi saya tetap saja melakukan apa yang mereka sangka bahwa saya tidak akan bisa. Saya dan suami, cobain segala hal! Saya ga pernah takut komentar ini itu. Mau ada kata, "niat menginspirasi dan niat pamer itu beda tipis, dan itu juga benar. Tapi fokus saya bukan pamer. Saya sedang mencari keuntungan dari usaha saya. Saya sedang merangkai mimpi saya, dan bukan mengharapkan validasi anda. Dan yang seperti anda lihat..., saya sudah setengah jalan. Saya sedang mencari keuntungan dari usaha saya.


Sadar ga sih teman-teman....?,

Kalo kita tu di dunia ini punya jatah kita masing-masing. Mau segimanapun kita berusaha..., kalo itu bukan takdir kita disitu kita ga akan mendapatkan itu. Karena jatah kita bukan disitu. Tapi kita harus cari tahu bagian kita dimana. Caranya gimana? Cobain, cobain segala hal. Sampai akhirnya kita ketemu, oh ternyata bagian dan peran saya di dunia ini disini. Takdir adalah bagian dari petualangan hidup kita.Kadang-kadang, kita harus mencari dan menjelajahi untuk menemukan jalan yang benar-benar milik kita. Cobalah segala hal, karena dalam setiap percobaan kita bisa menemukan jejak takdir kita. Dan ones kita menemukan itu, kita mungkin akan terkejut dengan apa yang sebenarnya menjadi takdir, bagian dan peran kita di dunia ini". 


Bebaskan diri Anda dari pengalaman-pengalaman yang membelenggu pikiran, berpikirlah merdeka.


#KSStory #KSGarden #KSMotivasi

#PejuangMimpi #Reels #fbpro #fyp #vod

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pejuang Mimpi Episode 42 ๐Ÿ’• People Come And Go, That's Life ๐Ÿ’•

  https://youtube.com/shorts/PQ6bTaEnu2g?si=dxWC_hjsp0IOOzsI https://youtube.com/shorts/ZX1Lu2FsMmQ?si=6rE-Dz7Fh7SUTCce Pejuang Mimpi Episode 42 ๐Ÿ’• People Come And Go, That's Life๐Ÿ’• Menurut kamu apa sih makna ‘people come and go‘ ini sebenarnya? *** ๐Ÿ˜€๐Ÿ˜€๐Ÿ˜€ People come and go. We do know it. Arti ‘people come and go’ berkaitan dengan siklus hubungan antarpersonal. Dalam hidup...., sering kali kita bertemu dengan orang baru dan kehilangan orang-orang yang sudah kita kenal. Istilah People Come and Go adalah cara untuk menjelaskan bahwa ini adalah hal yang alami. Artinya, ada orang yang datang ke dalam kehidupan kita untuk sementara waktu, dan ada juga yang pergi. Fenomena ini terjadi dalam berbagai jenis hubungan, seperti dengan teman, keluarga, atau bahkan rekan kerja. Penting untuk kita sadari bahwa perubahan dalam hubungan adalah sesuatu yang biasa. Dengan memahami bahwa orang bisa datang dan pergi dari hidup kita..., kita bisa lebih siap menghadapi perubahan tersebut. Ini membantu...

Pejuang Mimpi Episode 66 ๐Ÿ’•Menulis Itu Investasi Jangka Panjang๐Ÿ’•

 Pejuang Mimpi Episode 66 ๐Ÿ’•Menulis Itu Investasi Jangka Panjang๐Ÿ’• https://youtu.be/WHzZlW-RGmc?si=jWKDV8z9HItL0vah https://youtu.be/OTYMA6EUlYQ?si=JTRDbhrWORZ0v5dm https://youtube.com/shorts/S6j9A3CXJAQ?si=Wwk88XcScu8-60lw “Kalau kamu bukan anak raja dan engkau bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis”. Begitu kata Imam Al-Ghazali. Pesan ini saya simpulkan; Menulislah..., Maka Kamu Akan Dikenang! Selayaknya Imam Al-Ghozali yang menulis berbagai karya dan itu tetap abadi hingga sepanjang masa, yang hingga kini masih bisa kita nikmati dan kita serapi manfaat keilmuannya, __walaupun sudah hampir seribu tahun kematian dari sang penulisnya. Pernah terlintas di benak saya, setelah tubuh yang fana ini tiada, apakah masih ada orang yang masih mengingat kepribadian saya? Apalagi saya orang biasa, dan bukan dari golongan pahlawan kemerdekaan atau dokter penyelamat nyawa yang dikenal akan jasa-jasanya. Lalu dengan apa..., agar saya selalu dikenang oleh anak cucu saya nantinya? Menulis. D...

Pejuang Mimpi Episode 53 ๐Ÿ’• Buka Lembaran Baru ๐Ÿ’•

https://youtu.be/BOgmNdMDOvg?si=T2kZfJPHyiX2P2kP https://youtube.com/shorts/iToolYVOtYE?si=Z4LZMsaYSSWznfiN   Pejuang Mimpi Episode 53 ๐Ÿ’• Buka Lembaran Baru ๐Ÿ’• Pernah denger...?  Hidup yang tak dipertanyakan tak layak untuk dijalani? Yes. Hidup yang tak diuji juga tak layak untuk dijalani. Hidup yang tidak dipertaruhkan tidak akan pernah dimenangkan. Sometimes, sesuatu yang tidak kamu mengerti akan terjawab seiring berjalannya waktu.  Halloow biang gosip....๐Ÿ˜€, Mari kita hadapi kenyataan, dan buka lembaran baru. Kehidupan modern memang menawarkan banyak kesempatan untuk mengalihkan perhatian. Dari hubungan seseorang hingga teknologi, selalu ada sesuatu yang menyita pikiran kita. Akan tetapi, ada banyak cara juga yang dapat kamu temukan untuk menemukan karakter didalam diri seseorang. Maka carilah cara apapun yang bagi kamu itu bisa dipakai atau berguna, atau setidaknya cocok untuk dirimu lakukan. Namun satu-satunya cara dari saya untuk kamu dimanapun berada, kamu harus m...