https://youtube.com/shorts/tsKVO-TMQ6M?si=0XRZGix6lGKPo77Z
Pejuang Mimpi Episode 19
💕 Ga Sefrekuensi 💕
"Gue tu paling bete kalo menghadapi situasi seperti; ketemu sama orang yang enggak satu frekuensi. Jadi..., energi tu abiss. Gue tu abiss gitu waktu gue. Dan gue tu selalu mikir, bahwa; orang tu bukan ada salah..., jelek..., atau apa..., __tapi emang ga sefrekuensi aajah. Mungkin enggak cocok ajah gituu. Beda aja..., gitu. Rasanya kok kayaknya, caaapeeeek gitu lho😂".
Dan makin dewasa, yang paling dibutuhkan adalah..., __ngobrol sama orang yang sefrekuensi biar energinya ga terbuang percuma😁.
Okeh gaeess...,
Kita mungkin..., ingin memilih dengan siapa kita bertemu. Tetapi belum tentu kita selalu bisa melakukan itu. Terlebih ketika seseorang itu adalah bagian dari keluarga, kerabat dekat, teman satu geng, atau teman satu tempat bekerja. Meskipun rasanya ada yang tidak nyaman..., tetapi kondisi seperti itu terkadang tidak terhindarkan. So, Bagaimana menghadapinya?
Berhadapan dengan orang yang "Tidak Sefrekuensi’’ dengan kita..., coba kita lihat lebih spesifik lagi, apa yang menjadi masalah? Ketika kita mengatakan eh kok kayaknya dia tidak sefrekuensi atau dia difficult people, sebenarnya bagian spesifik yang mana yang kita maksud. Satu sampai dua kata tentu tidak bisa menggambarkan penilaian kita terhadap seseorang secara utuh.
Mari kita coba lepaskan label negatif itu dan fokus pada ‘’perilaku’’ seseorang yang membuat kita tidak nyaman. Contoh: ‘’Aku nggak sefrekuensi banget sama dia. Dia itu..., kerjaannya marah dan nyalahin orang mulu". Kita bisa modifikasi menjadi; ‘’Aku nggak nyaman sama cara dia menyalahkan orang saat marah’’. Agak lebih gimana gitu yah dengarnya.
Nah, melepaskan label ini memberi ruang untuk kita melihat seseorang dengan lebih objektif. Intensitas emosi kita pun menjadi sesuai dengan pemicunya. Jika kita tahu..., bahwa yang membuat tidak nyaman adalah cara dia menyalahkan orang, maka ketika dia tidak melakukan itu, rasa tidak nyaman kita punya kesempatan untuk berkurang. Akan tetapi, ketika kita memberi label bahwa dia tidak sefrekuensi atau ‘’selalu’’ menyalahkan orang, maka kita cenderung merasa tidak nyaman ketika bertemu dengan dia dan mungkin memilih untuk menghindar. Ehe-he.
Kita semua pasti pernah merasa....; ‘’tidak pas’’ ketika berinteraksi atau berelasi dengan orang lain. Terkadang orang tersebut bisa membawa memori tidak menyenangkan, membuat kita kehabisan energi..., atau membuat kita merasa tidak nyaman. Terkadang kita menyebutnya ‘’tidak sefrekuensi’’ atau secara ekstrim kita menyebutnya difficult people. Bagaimana..., menghadapinya?
Berhadapan dengan orang yang "Tidak Sefrekuensi’’ apalagi difficult people dengan kita..., mari kita sadari lebih dalam bahwa setiap orang sebenarnya punya potensi tidak sefrekuensi atau menjadi difficult people untuk orang lainnya, baik secara sengaja maupun tidak. Bisa jadi, kita pun adalah difficult people untuk orang lain😆. Dengan menyadari hal ini, kita lebih mudah untuk ‘’menerima’’ bahwa berhadapan dengan seseorang yang tidak sefrekuensi adalah hal yang wajar, bagian dari kehidupan. Setiap orang punya karakter yang berbeda dan tidak semua perbedaan itu bisa ‘’cocok’’ satu sama lain. Artinya, tidak sefrekuensi itu bukan berarti selalu ada yang salah dan benar tetapi bisa jadi sebatas perbedaan yang tidak bisa menyatu jadi satu. Itu aja sih sebenernya. Jadi bukan yang anti atau gimana gituuu.
Vermani, M. (2022) dalam bukunya yang berjudul How to Deal with Difficult People, ia menuliskan beberapa strategi ketika harus berhadapan dengan seseorang yang rasanya sulit bagi kita, begini tulisnya; "Ketika memang perlu untuk berelasi, lakukan pendekatan dengan cara yang sehat dan lembut. Hal yang kita lakukan sebenarnya adalah simbol diri kita, bukan hanya tentang siapa yang kita hadapi. Jika kita bukan orang yang difficult, maka buktikan dengan perilaku yang baik. Buat catatan tentang karakter..., sikap..., atau perilaku dari orang itu yang bisa memicu perasaan tidak nyaman pada diri kita. Coba temukan sikap positif dan negatif yang sebetulnya mirip dengan kita dari orang tersebut, termasuk karakter yang mereka punya dan sebenarnya mungkin ada sedikit yang kita sukai. Terima seseorang sebagai dirinya sendiri karena tentu kita tidak bisa mengubah mereka. Coba praktik welas asih atau compassion ketika harus berinteraksi dengan orang lain, terutama mereka yang rasanya menantang bagimu. Jika kita terbiasa menerapkan self-compassion atau welas asih pada diri sendiri..., maka menerima dan mengembangkan diri sendiri sekaligus, kita juga bisa menerapkan ini dalam relasi, yaitu menerima seseorang dan memberi ruang untuknya dalam memperbaiki diri jika memang ia menginginkan itu. Lalu, bagaimana...., jika tidak😀?
Simpel sih. Sebagai tambahan pengingat, jika saat itu memang belum siap rasanya kamu untuk menghadapi, kamu boleh kuq..., untuk membuat jarak dan menenangkan diri dulu dalam jangka waktu tertentu. Kemudian saat siap..., kamu bisa kembali berinteraksi dengannya. Akan tetapi, jika relasi tersebut sudah sampai pada tindak kekerasan, maka utamakan keamanan dirimu terlebih dahulu yah😁. Ga penting juga kan, ngurusin orang yang begituan.
Ga sefrekuensi, ya ga pa-paaa juga🙃,
"Orang tu bukan ada salah..., jelek..., atau apa..., __tapi emang ga sefrekuensi aja. Mungkin enggak cocok aja gituu". Sehingga, ketika ada pola yang berulang, seperti terus menerus konflik dengan orang lain, merasa orang itu difficult people, atau hal yang terkait dengan itu, kita juga perlu refleksi diri lebih dalam. Coba ambil waktu untuk jeda sebentar. Coba lihat ke dalam..., sebetulnya ada apa yah di dalam diri kita sehingga dipertemukan dengan orang yang rasanya sulit untuk diajak bekerja sama atau berelasi secara sehat? Kita maunya kekanan, eh mereka maunya ke kiri. Hidup adalah pilihan. Kita harus memutuskan apakah kita beneran mau ikutan atau tinggalkan.
Hal itu bisa menjadi pesan bahwa kita perlu menyadari atau bahkan mengubah sesuatu di dalam diri untuk kemudian bisa melalui ini. Bisa jadi dari cara kita melihat suatu hal, menyampaikan sesuatu, atau menerima situasi yang ada sebagai suatu situasi yang sementara saja dan bukan yang terus menerus begitu. Terkadang..., apa yang kita tidak sukai dari mereka, juga merupakan hal yang kita tidak bisa terima dari diri kita sendiri. Ya ga?
Namun..., jika saat itu kita memang belum siap rasanya untuk menghadapi orang yang ga sefrekuensi itu..., lha kamu boleh kuq..., untuk membuat jarak dan menenangkan diri dulu dalam jangka waktu tertentu. Kemudian saat siap, kamu bisa kembali berinteraksi dengannya. Akan tetapi, jika relasi tersebut sudah mulai lagi pada tindak di luar kewajaran, maka utamakan keamanan dirimu kembali, xixixi. Ga penting juga kan..., ngurusin orang yang begituan. Ngabisin waktu dan energimu aajah. Jangan goblok kamu😆!
Ingat; Makin dewasa yang paling dibutuhkan hanyalah..., __ngobrol sama orang yang sefrekuensi biar energinya ga terbuang percuma. Makin kesini, jadi makin paham, bukan kita yang kurang baik dalam memperlakukan seseorang. Tapi seseorang itu yang enggak paham gimana cara menghargai dan ngasih respon yang baik juga. So, bersikaplah apa adanya, karena kita tidak hidup untuk menyenangkan semua orang🥴.
Dan pada akhirnya, suka atau tidak suka..., __tetap thankyou😁.
#KSStory #KSGarden #KSMotivasi
#PejuangMimpi #GaSefrekuensi
#Reels #fbpro #fyp #vod
Komentar
Posting Komentar