Langsung ke konten utama

Pejuang Mimpi Episode 12 💕Quarter Life Crisis💕


 Pejuang Mimpi Episode 12

💕Quarter Life Crisis💕

https://youtu.be/LtNyccupYm4?si=f_jMNeZ9sXFzTMKx

https://youtube.com/shorts/4i4K09WK0Ro?si=PsFwYlgPcxVywzL0

Menjadi dewasa..., ___merupakan tantangan tersendiri. Ada kalanya ketika sudah menginjak umur dewasa, kita akan merasa cemas dan khawatir, khususnya tentang masa depan. Inilah yang disebut quarter life crisis atau krisis seperempat abad. 


Quarter life crisis adalah fase yang umumnya di alami oleh orang-orang yang dalam rentang usia 20-an hingga 30 tahun. Pada fase ini orang-orang umumnya telah dituntut untuk mulai fokus pada masa depan. Fase peralihan ini, tidak mudah ya teman-teman. Tidak mudah. Karena dari yang awalnya bisa acuh tak acuh lalu menjadi harus fokus, inilah yang kemudian membuat banyak orang kebingungan. 


Ohiya, aku sebenarnya sedang tidak di fase quarter life crisis lagi. Udah tua. Semua perjalanan yang aku lalui, membuatku benar-benar yakin bahwa beberapa orang hanya sedang berproses. Setiap orang pasti akan menemui fase ini. Fase dimana setiap orang pernah berada dalam belenggu kecemasan, gengsi yang tak membuat dewasa, kompetisi yang membanding-bandingkan. Merasa tidak bahagia. Fase dimana kita pernah merasa tidak seberuntung itu. But you know? You can say to your self; "Kamu tidak sendiri", and then; "Aku sedang benar-benar berproses".


Mengenang fase quarter life crisisnya KS, sebuah kisah pernah aku tulis ketika aku sedang benar-benar hancur..., kesal..., dan aku pernah berada pada situasi yang sangat kompleks untuk dijelaskan. Kadang merasa tak berguna, tak bercita-cita lagi, kadang juga merasa tak layak dicintai bahkan kesendirian sering menjadi sahabat karibku. Hehehe.


Ada lucu-lucu bagaimana, saat aku di rentang usia 20-30 tahun itu. Itu adalah masa transisi atau peralihan dari remaja ke dewasa. Dan entah kenapa waktu itu, aku cenderung 

mengalami ketakutan berlebih atau bahkan merasa frustrasi akan masa depan. Kayak yang nikah nanti sama siapa yaa, antara bekerja atau ibu rumah tangga saja, sampai ke bagaimana cara membangun bisnis sendiri tanpa meminta pada orang tua. Ini benar-benar terjadi pada KS yang waktutu mulai beranjak dewasa. Wuiih, ada banyak tekanan dan tuntutan di fase ini bagi setiap anak remaja ke dewasa terkait pencapaian hidup. Dan jika itu tidak bisa disikapi dengan baik, bisa-bisa menyebabkan krisis emosional. Ya kan?


Tidak jarang orang yang pada fase ini, ia merasa tidak memiliki tujuan hidup atau arah yang jelas, dan bahkan mulai membandingkan diri dengan orang lain yang lebih sukses. Fase ini memang rentan dialami oleh orang-orang yang tengah berada dalam proses bertumbuh. Fase ketika seseorang mulai berusaha mencapai berbagai tujuan hidup, seperti membangun karier..., membentuk identitas diri..., mencapai kebebasan finansial..., memilih pasangan, dan menjadi bagian dari kelompok sosial. 


Mari mengenang kisah kita di fase krisis seperempat abad!  Semua adalah pembelajaran, pembelajaran pada kondisi emosional akibat berbagai perubahan yang terjadi di masa transisi. Krisis ini lumrah dialami oleh setiap orang dalam rentang usia 20-30 tahun, baik kamu laki-laki maupun kamu perempuan.


Pengalaman Pribadi:

Di umurku yang 25 tahun, Aku Sedang Benar-benar Berproses. Aku membuat rencana hidup ke depan di usia itu dan aku..., aku banyak melakukan sesuatu seperti; melamar pekerjaan di banyak tempat dan lalu diterima hingga benar-benar bekerja. Menikmati kemudian berpindah kerja. Menikmati lagi lalu pelan-pelan mulai mempertanyakan hidup dan masa depan: "Apakah ini yang aku cari?, Benarkah ini yang aku inginkan?". Ternyata tidak. Pada fase ini, aku pun mulai mempertanyakan banyak hal, utamanya yang berkenaan dengan eksistensi diri. Seringnya pertanyaan aku ini tak kunjung menemukan jawaban, hingga akhirnya jika aku ga kuat-kuat tentu bisa menyebabkan frustrasi.


Di umurku yang 26 tahun, akupun merasa terjebak dalam situasi yang tidak disukai.

Seringnya, aku sulit menentukan apakah harus hidup sesuai keinginan diri sendiri atau sesuai tuntutan orang lain. Pada fase ini, aku telah memiliki pekerjaan yang mapan, tetapi tidak sesuai passion sehingga akhirnya hidup terasa kosong dan kurang bergairah. Merasa bingung apakah harus tetap di zona nyaman atau harus keluar mengejar impian.


Di umurku yang 27 tahun, aku pernah merasa minder melihat pencapaian atau kebahagiaan teman di sosial media. Kabar bahagia semacam hidup satu atap sementara aku yang masih LDR an tentu membuat aku merasa resah tanpa alasan, atau kesuksesan teman yang menikah langsung punya anakpun justru membuat aku seolah tertinggal dibanding yang lain. Hingga akhirnya aku merasa minder dan cenderung menarik diri dari kehidupan sosial. Merenung dikamar. Setelah bekerja, selalu dirumah saja. Enggak yang keluyuran seperti anak-anak pada masanya. Aku lebih senang membaca dan menulis saja. Fase ini memang pernah membuat aku kurang bersemangat untuk menjalani hari. Aku pun merasa bahwa lingkungan terdekat tidak bisa membantuku untuk keluar dari masalah, sehingga harus aku hadapi seorang diri. 


Di umurku yang belum genap 28 tahun, aku bertekad untuk menjadi seorang perempuan yang sesungguhnya. Aku nekad keluar dari zona nyamanku dan harus keluar dari pekerjaan hanya untuk mengejar impian. Perdebatan usang dimulai. Inilah fase yang aku sebut krisis seperempat abad. Saat berada dalam titik krisis ini, cemooh pun datang sekali tiba. Seringkali keputusan yang tidak populer itu,  menjadi pro dan kontra. Tapi kan...? Tahukah teman-teman? Aku sudah siap dengan semua itu. Ditengah riuhnya isi kepala, aku tak lantas hanya berdiam diri sembari merutuki nasib. Karena, itu tidak akan mengubah apa pun. Lebih baik, aku bersegera bangun dari rasa-rasa cemooh yang meremehkan itu dan mengabaikan segala bentuk olok-olok yang justru akan mendekatkanku pada keterpurukan. Aku terus je membuat rencana hidupku ke depan. Tak peduli apapun yang dipikirkan orang lain tentang aku. Ini hidupku....! Akulah yang berhak memikirkan apa yang aku inginkan dan akan kuatur rencana untuk mewujudkannya. Kemudian, aku lakukan tindakan nyata, dan bukan KS namanya jika dia takut akan kegagalan. Aku tidak lagi yang khawatir berlebih. Karena apa? Aku tidak sendiri dalam fase hidup ini. Telah banyak orang yang melewati fase ini dan menemukan kebahagiaan dalam hidup setelahnya.


Tak terasa, hari-hari tak lagi seperti merangkak. Bulan dan tahun berganti. Fase quarter life crisis ku pun berakhir seketika. Akhirnya aku punya anak, ku beri nama Az-Zahra. Tak lama berselang setelah anak itu lahir, aku memutuskan pulang kampung, tak ingin lagi merantau.  Aku teringat dengan mimpi ku saat remaja; aku ingin sekali membangun bisnisku sendiri. Alhamdulillah tercapai. Belum genap putriku usia 1 tahun, swalayan pertama di kecamatan ini mampu kudirikan meski terseok-seok dengan merk nama putri pertama. Kemudian berjaya, __hingga anak kedua lahir.


Di umurku yang 29 tahun, gudang mebel ku yang diurus suami saat itu terbakar. Sehari setelah itu, akupun disuruh orang tua ikut meramaikan tes CPNS. Hal ini dimaksudkan agar aku dianggap sarjana yang memiliki pekerjaan. Karena selama ini, meskipun sarjana, dan sudah memiliki usaha sendiri serta sekaligus bekerja disono toh tetap dianggap KS tidak bekerja. Hewhewhew. Tes pegawe keterima, jadilah pegawe hingga sekarang. Eh, setelah memiliki NIP, aku justru merasa tidak memiliki pekerjaan. Hahaha. Lucu. Langsung nganggur, De_Tiga. Datang-Duduk-Diam😂. Hingga aku, sampai menarik diri dari kehidupan sosial pekerjaan dan ternyata kenyamanan hati masih tetap di dunia bisnis.


Di umurku yang belum genap 30 tahun, akupun menyadari satu hal bahwa; semua orang pasti akan melalui fase ini kuq, quarter life crisis. Fase yang ingin dihindari dan lantas pergi berlari menjauh. Periode ketidakpastian yang mau tidak mau harus dilewati. Mau sejauh apa kita ingin menghindari, nyatanya justru makin menghantui dan kita...., __tak boleh jauh dari solusi. Meski bisa dikatakan sebagai sebuah fase yang umum, sayangnya, masih banyak orang yang tidak menyadari bahwa dirinya tengah berada pada periode quarter life crisis. Akibatnya, mereka cenderung rentan mengalami depresi atau bahkan mental illness, karena kurang memahami apa yang sebenarnya tengah terjadi pada diri. 


Benar, setiap orang pasti akan menghadapi yang namanya quarter life crisis. Maka, pada episode 12 ini, aku hanya ingin sedikit berbagi. Bagaimana kehidupan aku yang dulunya juga pernah terombang-ambing dengan berbagai hal yang mungkin orang lain juga rasakan. Dalam fase pencarian jati diriku waktu itu, aku hanya ingin memberi tahu teman-teman sekarang; bahwa kita tidak lagi sendirian dalam berjuang. Semua orang sedang berjuang dan berlari untuk mencari solusi dari setiap masalahnya. Jadi, tenang ya...☺️! Karena kita sebenarnya hanya sedang benar-benar berproses.


Haloo Orang Hebat...😁!

Semua adalah pembelajaran. Aku telah melewati berbagai tahapan perkembangan yang jika tidak aku respons dengan baik mungkin bisa menyebabkan gangguan emosional atau psikologis. Tapi aku tidak lagi dilanda kebingungan akan tujuan hidup. Aku tak lagi mempertanyakan banyak hal, tak lagi merasa insecure, meski aku kecewa terhadap keputusanku di masa lalu. 


Awalnya, aku mengira hanya diriku sendiri yang menghadapi fase pencarian jati diri yang rancu ini. Namun, akhirnya aku menyadari bahwa AKU TIDAK SENDIRI. Melihat teman-temanku dengan berbagai masalahnya, entah itu masalah asmara..., pekerjaan..., ataupun keluarganya. Itulah yang membuat aku yakin bahwa setiap manusia memiliki prosesnya masing-masing.


Namun pada dasarnya, quarter life crisis sangat sangat bisa terjadi ketika seseorang yang baru menginjak usia dewasa awal. Ia harus dihadapkan pada realita dan berbagai permasalahan hidup orang dewasa. Ada beberapa kondisi yang bisa menjadi pemicunya, yaitu; tengah merencanakan karier dan masa depan, mulai menjalani hidup mandiri untuk pertama kalinya. Mulai menjalani hubungan percintaan yang cukup serius, termasuk ketika mengalami kegagalan cinta. Ketika mengalami masalah finansial atau pekerjaan. Ketika melihat teman sebaya sudah lebih dulu mencapai berbagai tujuan hidup, sementara diri sendiri masih berada di posisi stagnan. Akhirnya, terjebak dalam lingkungan toxic yang kurang mendukung pengembangan diri.


Orang hebat..., 

Fase ini tidak boleh dianggap remeh. Pasalnya, dalam beberapa kondisi, bukan tidak mungkin jika nantinya berpotensi menyebabkan depresi atau mental illness. 


Fakta. Pada saat aku tengah berada dalam fase quarter life crisis ini, aku belajar kenali diri! Ada baiknya jika aku segera kenali diri lebih dalam, begitu pikirku. Aku renungkan apa yang menjadi kelebihan, kelemahan, serta yang aku inginkan di masa depan. Dengan begitu, aku akan lebih paham, hidup seperti apa yang ingin dijalani termasuk lebih leluasa menentukan pilihan tanpa harus didikte orang lain. Meski memang, dalam mengambil keputusan, aku tetap harus meminta pertimbangan dan saran dari orang yang lebih berpengalaman. 


Setelah mengenali diri dengan baik, pada akhirnya aku bisa Self Love atau mencintai diri sendiri. Aku bisa menerima segala yang ada dalam diri, dan bisa menjadi versi terbaik dari diriku. Tak peduli seperti apa orang berkata, yang jelas aku patut bahagia dan sukses sesuai versi terbaik🙂. 


Aku fokus membenahi diri! Dalam fase krisis seperempat abad saat itu, aku mematri janjiku dalam hati untuk tidak akan lagi membandingkan hidupku dengan orang lain. Terlebih, jika orang lain atau teman sebaya telah lebih dulu mencapai berbagai tujuan hidup, seperti pekerjaan impian dan pasangan. Karena itulah yang aku tahu  kemudian menyebabkan timbulnya perasaan iri, cemas, sekaligus insecure dan depresi. Mengapa seolah hidup orang lain jauh lebih mudah dibandingkan jalan yang harus aku lalui. Kek gitu-gitu aku di fase quarter life crisis. 


Karenanya, ada baiknya jika di fase ini aku lebih fokus untuk berbenah dan menata masa depan. Berhenti membandingkan diri dengan orang lain; jika kita memulai hidup dari tempat yang berbeda maka tentu kita tidak akan memiliki hasil yang sama. Kuhabiskan waktuku untuk mempelajari kemampuan baru ketimbang memikirkan hidup orang lain. Jika bisa, ku kurangi melihat unggahan di media sosial agar aku tidak membandingkan diriku dengan hidup orang lain. Ini juga penting agar aku tidak sering mengeluh, dan lebih bersyukur atas apa yang ditakdirkan Tuhan. 


Di umurku yang 31 tahun, aku keluar dari lingkaran toxic. Ga tau aja, anak pun nambah lagi. Hehehe. Bahagia. Anak kedua lahir, laki-laki. Genap sudah kebahagiaan ini. Aku tentu lebih fokus mengurus anak, ketimbang karier-karier tu. Pun waktu itu, tidak ada kesempatan nampaknya untuk berkarir. Karena dunia pekerjaan kurang menghargai dunia pendidikan, tidak melihat kepintaran dan kepiawaian dalam bekerja. Apalagi tidak pandai menjilat, tidak berguna. Yang dilihat mah hanya jauh dekat. Itulah kenapa, banyak yang salah urus. 


Catatan. Sedari dulu, aku memang yang tidak mengejar pujian gituuu. Seedari dulu. Kalo kerja ya kerja aja, sudah pasti maksimal. Kalo lagi ga cocok kerja sama orang disitu, ya udah pergi aja. Menepi sebentar itu, enggak apa-apa. Kerjakan aja apa yang kita suka. Selagi itu membawa banyak manfaat, baik itu untuk diri sendiri, keluarga maupun orang lain. Kita tidak perlu berpura-pura senang dengan orang-orang yang lingkungannya memaksa kita tinggal disitu, tapi membuat kening kita kerut sebelas saban hari. Capek tau ga? Bikin cepat tua. Kita juga tidak perlu menunjukkan siapa diri kita, apalagi sampai menepuk dada. Memang sih, bekerja butuh uwang. Tapi jangan sampai kita bekerja hanya karena demi uwang semata hingga kita lupa pada diri kita yang sesungguhnya, dan akhirnya kita tidak dihargai orang hanya karena uwang karena karakter kita yang tidak berperasaan itu. Kita ga harus bekerja ditempat bersih, bekerja ditempat kotor pun, justru uangnya bersih.  Kita ga bisa membuat semua orang suka dengan kita. Kalo orang ga suka, ya udah. Buat apa dipaksakan. Toh kita hidup tidak akan pernah bisa membuat semua orang benar-benar suka meskipun kita sudah baik-baik dengannya. Yang benci biarlah benci, toh yang sayang masih banyak😆. 


Sejarah mencatat, dulu aku bekerja dua kali di lembaga keuangan. Mungkin jauh lebih besar gajinya dari yang sekarang. Tapi ketika aku merasakan ada hal lain yang lebih penting untuk hidupku ketika itu yaitu keluarga, aku lepas aja. Yakin. Rezeki tak berpintu. Banyak kan, cara mendapatkan uwang. Orang-orang tahu itu. Itu artinya...., aku adalah orang yang tahu bahwa tidak semua lingkungan bisa memberi dampak positif. Adakalanya seseorang pernah terjebak dalam lingkar sosial yang justru membuat hidupnya pribadi semakin tertekan dan hilang arah. 


Pernah berkali-kali aku mengalaminya, namun akhirnya kuberanikan diri untuk keluar menjauh dari hal-hal yang tak baik itu demi hidup yang lebih tenang dan bahagia. Perihal pindah-pindah tempat kerja, lebih banyak akunya yang minta pindah kerja kuq. Meski sesekali kadang juga dipindahkan ahahaha. Ga usah kalian yang ribut, karena menurutku itu hal yang biasa dlama perjalananku. Kita hidup, tak kan pernah terlepas dari faktor rasa suka atau tidak suka. Semua adalah pembelajaran. Terkadang..., menepi dari keriuhan yang enggak jelas adalah takdir😀.


Di umurku yang lebih 32 tahun, aku memutuskan untuk menimba ilmu kembali ke jenjang lebih tinggi tanpa harus meninggalkan urusan anak. Meskipun sibuk usaha, kerja, kuliah juga, anak-anak ga pernah tinggal untuk ku urusi. Mencuci piring tetap menjadi tugas domestikku. Menyuapi anak, selalu hingga usianya diatas balita. Bahkan mereka sering ikut aku, kuliah S2. Eh. Muncul pula isu, karena jarang nampak akibat aku yang sibuk kuliah, suamipun sibuk kerja bank sambil ngurus usaha. Dikira sudah bercerai ahaha. Memang lah netizen, kayaknya kebanyakan nonton drama mereka dan kebanyakan memantau kebahagiaan hidup orang hanya dari sosial media. Wooyy, sosial media itu mainan doang yang dibuat manusia di luar negeri sana, __cuma hiburan tok. Bukan buat menilai hidup orang bahagia atau tidak😆. Lucu...! 


Terus terang...., aku sendiri yang mencari lingkungan sosial yang bisa saling mendukung, membantu, dan yang terpenting bisa menerima aku apa adanya. Akutu produktif, kalian tahu kan? Ga yang leha-leha gitu. Bayangin, ditengah riuhnya anak dan sibuknya kuliah sambil bekerja kantoran, aku masih sempat-sempatnya jualan pakaian di mobil. Dan enggak pernah tuh aku pas dirumah yang enggak masak gitu buat mereka yang aku sayang, kecuali pas sedang ga enak badan. 


Seringnya, fase sibuk-sibuk ini konon katanya akan membuat seseorang malas dan tidak memiliki gairah untuk melakukan apa pun. Padahal ya, cara terbaik untuk menghadapinya menurut aku adalah dengan terus menjadi produktif. Aku iya. Aku paksa diriku ini untuk melakukan hal-hal bermanfaat, entah itu yang berkenaan dengan hobi atau aktivitas yang bisa mengembangkan kemampuan. Seperti video ini. Kelihatan kan?Aku kerja enggak yang memilih. Aku mau aja tuh menyiram tanaman, membersikan pokok tanaman meskipun sudah ada yang seharusnya mengerjakan itu. 


Pokoknya sudah dari dulu, aku tak pernah ragu untuk mencoba hal baru. Bukan yang sekarang aja. Dikira aku dulu ga bisa masak, rupanya bisa buat bolu gulung dan bisa buat bagai-bagai😂. Sampai sekarang pun aku begitu. Dikira ga akan tumbuh satu tanaman. Eh, aku ikutan nanam lah yaw meski cuma satu bedeng doang. Noh, lihat, aku berkebun-kebun gini mengalihkan kekecewaanku terhadap dunia pekerjaan yang tidak berperasaan. Menjadi petani baru, bukan tidak mungkin itu akan menjadi passion atau yang membuatku cemerlang di masa depan. Aku harus bisa mengisi waktu luang entah itu dengan mengikuti kursus online, atau hanya dengan baca buku tentang petani. Aku juga mengikuti berbagai macam bentuk pengembangan diri yang dipandu oleh mentor-mentor berpengalaman. Sehingga, aku tetap semangat sampai aku se tua ini. Hidup ini, hanya perlu dijalani dengan indah. Apapun kondisinya, minumannya tetap Teh Botol Sosro🤣.


Okeh orang hebat...,

Semua adalah pembelajaran,

Setiap orang akan menerima dengan apa yang sudah diusahakannya. Mereka yang saat ini sukses memiliki usaha, adalah mereka yang memang sejak jauh hari memproyeksikan dirinya untuk punya usaha, meskipun pernah bahkan beberapa kali jatuh. Begitu juga bagi mereka yang menjadi ahli dan profesional di bidang tertentu, semua tidak datang begitu saja. Ada ribuan jam yang mereka korbankan untuk bisa sampai di pencapaiannya saat ini. Bagi kita yang dalam proses mencapai apa yang kita tuju, bersabarlah! Karena semua pasti akan datang tepat pada waktunya. Jadikan apa yang terjadi sebagai pembelajaran untuk lebih baik lagi.


Nah, itulah sekilas informasi tentang KS yang pernah di fase quarter life crisis. Percayalah, fase ini telah membuatku menjadi pribadi yang lebih baik dan dewasa. Bagaimana dengan cerita fase krisis seperempat abad mu?


 #KSStory#KSGarden#KSMotivasi

#Reels#fbpro#fyp#vod

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pejuang Mimpi Episode 68 💕Jangan Malu Terlihat Hidup Sederhana💕

 Pejuang Mimpi Episode 68 💕Jangan Malu Terlihat Hidup Sederhana💕 https://youtu.be/PxLO2CIZIMA?si=6NCxys1hEZZzHGug https://youtu.be/aUFH3qZJZiU?si=GErVVDj3K2EI2SUZ Hidup tenang adalah impian semua orang. Menurut saya pribadi definisi bahagia salah satunya yaitu ketenangan. Dan tenang itu bukan sesuatu yang bisa selalu dibeli dengan uang, buktinya masih banyak juga orang yang bergelimang harta namun hidupnya malah makin tidak tenang sebab tekanan dari hartanya, dll. Pada dasarnya, masih banyak orang yang malu atas kondisi keluarganya yang hidup dengan sederhana. Melihat orang lain hidup dengan lebih dari cukup membuat dirinya gengsi dan merasa berada di level yang paling bawah. Padahal, bukan berarti hidup sederhana harus merasa insecure. Secara logika, kita gak bisa memilih dari keluarga mana kita akan lahir dan dibesarkan. Sederhana maupun lebih dari cukup sebenarnya sama saja, yang jadi masalahnya adalah kita mau nggak menerima semua itu. Keluarga yang kita miliki adalah anugera...

Pejuang Mimpi Episode 42 💕 People Come And Go, That's Life 💕

  https://youtube.com/shorts/PQ6bTaEnu2g?si=dxWC_hjsp0IOOzsI https://youtube.com/shorts/ZX1Lu2FsMmQ?si=6rE-Dz7Fh7SUTCce Pejuang Mimpi Episode 42 💕 People Come And Go, That's Life💕 Menurut kamu apa sih makna ‘people come and go‘ ini sebenarnya? *** 😀😀😀 People come and go. We do know it. Arti ‘people come and go’ berkaitan dengan siklus hubungan antarpersonal. Dalam hidup...., sering kali kita bertemu dengan orang baru dan kehilangan orang-orang yang sudah kita kenal. Istilah People Come and Go adalah cara untuk menjelaskan bahwa ini adalah hal yang alami. Artinya, ada orang yang datang ke dalam kehidupan kita untuk sementara waktu, dan ada juga yang pergi. Fenomena ini terjadi dalam berbagai jenis hubungan, seperti dengan teman, keluarga, atau bahkan rekan kerja. Penting untuk kita sadari bahwa perubahan dalam hubungan adalah sesuatu yang biasa. Dengan memahami bahwa orang bisa datang dan pergi dari hidup kita..., kita bisa lebih siap menghadapi perubahan tersebut. Ini membantu...

Pejuang Mimpi Episode 66 💕Menulis Itu Investasi Jangka Panjang💕

 Pejuang Mimpi Episode 66 💕Menulis Itu Investasi Jangka Panjang💕 https://youtu.be/WHzZlW-RGmc?si=jWKDV8z9HItL0vah https://youtu.be/OTYMA6EUlYQ?si=JTRDbhrWORZ0v5dm https://youtube.com/shorts/S6j9A3CXJAQ?si=Wwk88XcScu8-60lw “Kalau kamu bukan anak raja dan engkau bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis”. Begitu kata Imam Al-Ghazali. Pesan ini saya simpulkan; Menulislah..., Maka Kamu Akan Dikenang! Selayaknya Imam Al-Ghozali yang menulis berbagai karya dan itu tetap abadi hingga sepanjang masa, yang hingga kini masih bisa kita nikmati dan kita serapi manfaat keilmuannya, __walaupun sudah hampir seribu tahun kematian dari sang penulisnya. Pernah terlintas di benak saya, setelah tubuh yang fana ini tiada, apakah masih ada orang yang masih mengingat kepribadian saya? Apalagi saya orang biasa, dan bukan dari golongan pahlawan kemerdekaan atau dokter penyelamat nyawa yang dikenal akan jasa-jasanya. Lalu dengan apa..., agar saya selalu dikenang oleh anak cucu saya nantinya? Menulis. D...